Mengincarkemewahan dan juga status sosial, konsumtif adalah salah satu faktor yang menciptakan sebuah klasifikasi sosial. Maka dari itu, dampak negatif dari perilaku konsumtif ini adalah semakin jelasnya kesenjangan sosial yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat. Sekian pembahasan saya tentang apa itu konsumtif. Semoga artikel ini dapat
ContohKredit Konsumtif. Contoh kredit konsumtif yang paling familiar saat ini adalah pembelian gadget baru dengan menggunakan kartu kredit. Jenis barang dengan basis teknologi ini merupakan objek yang sangat mudah terkena depresiasi. Penurunan nilai jual ini membuatnya menjadi salah satu jenis kredit konsumtif yang juga tidak dianjurkan untuk
8 Overdosis merupakan salah satu dampak narkoba bagi . (pengguna) 9. Langkah pertama membuat brosur adalah menentukan . (tema) 10. Brosur yang digunakan untuk mengajak masyarakat melakukan hal-hal baik yaitu . (brosur, imbauan) Itulah soal dan kunci jawaban tema 4 kelas 6 subtema 2. Semoga dapat membantu ya!
Sifattamak/rakus manusia. Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membutuhkan makan. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
. Di era globalisasi ini, keadaan kerap mengharuskan kita untuk dapat beradaptasi dalam mengikuti perkembangan zaman. Dari tahun ke tahun, berkembangnya teknologi yang semakin canggih dan cukup pesat ini pun menuntut kita untuk meningkatkan daya beli. Memiliki daya beli memang merupakan hal yang patut untuk disyukuri. Namun, dengan memiliki daya beli ini bukan berarti kamu bisa menghamburkan uang kamu dengan menghabiskannya untuk membeli barang-barang yang kamu inginkan secara berlebihan. Bersifat konsumtif akan menyebabkan pemborosan yang nantinya akan merugikan kamu. Apa itu gaya hidup konsumtif? Dan bagaimanakah cara kita menghindari perilaku tersebut? Simak jawabannya dalam artikel ini! Gaya Hidup Konsumtif Gaya hidup konsumtif merupakan gaya hidup dimana seseorang yang secara berlebihan membeli suatu barang atau jasa dengan mengutamakan keinginannya daripada kebutuhannya dan secara ekonomi akan menyebabkan pemborosan. Ciri Gaya Hidup Konsumtif Siapa nih, yang suka gengsian? Selain memiliki gengsi yang tinggi, ciri-ciri gaya hidup konsumtif adalah ketika seseorang secara terus menerus selalu berusaha untuk mengikuti tren. Keinginan mengikuti tren ini bisa disebabkan dari dua faktor, yaitu faktor internal yang dimana kamu selalu mempunyai rasa tidak pernah puas dengan apa yang kamu miliki sekarang sehingga kamu merasa harus selalu membeli barang baru yang sedang tren saat itu. Kemudian, faktor kedua yaitu faktor eksternal. Ketika orang-orang disekitar kamu memiliki suatu barang keluaran terbaru, bukan tidak mungkin hal ini akan menimbulkan keinginan kamu untuk memiliki barang itu juga. Tekanan sosial ini pun mendorong kamu untuk berperilaku konsumtif. Hayo, siapa yang masih bersifat seperti ini? Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif dan Hedonisme Gaya hidup konsumtif ini cukup sering disalah artikan sebagai hedonisme. Secara umum, kedua hal tersebut memang cukup mirip. Tetapi, jika dilihat dari artinya, konsumtif dan hedonisme merupakan dua hal yang berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, hedonisme merupakan pandangan hidup yang menganggap bahwa kenikmatan atau kesenangan secara materi merupakan satu-satunya tujuan utama hidup. Perbedaan gaya hidup konsumtif dan hedonisme adalah hedonisme merupakan suatu pandangan hidup sedangkan gaya hidup konsumtif merupakan tindakan yang dilakukan ketika kamu berpegang dan menganut pandangan tersebut. Jadi, orang yang hedonis sudah dapat dipastikan bahwa mereka memiliki sifat yang konsumtif. Contoh Gaya Hidup Konsumtif Pernahkah kamu membeli berbagai macam barang hanya karena barang tersebut lucu atau hanya sekedar ingin tanpa memperhatikan nilai guna barang tersebut? Jika iya, kamu baru saja berperilaku konsumtif, lho! Pembelian barang ini pun biasanya akan berakhir sia-sia, karena tidak jarang bahwa barang yang dibeli ini tidak memiliki fungsi yang dibutuhkan dan hanya berakhir menjadi pajangan saja. Penyebab Gaya Hidup Konsumtif Hukum sebab akibat merupakan hal yang mutlak dalam hidup. Gaya hidup konsumtif pun tentu memiliki sebab dan akibat. Salah satu penyebab gaya hidup konsumtif yaitu ketika kamu memiliki rasa gengsi yang tinggi. Rasa gengsi ini pun yang akhirnya akan mendorong kamu untuk bersifat konsumtif agar kamu dapat terlihat mampu dalam pandangan orang lain. Pembelian berlebihan atau sikap konsumtif yang dilandaskan rasa gengsi ini hanya dilakukan untuk mendapat pengakuan dan membuat orang lain terkesan. Hal ini tentu saja bukan sifat yang baik untuk dimiliki. Akibat Gaya Hidup Konsumtif Setelah membahas tentang sebab, sekarang kita akan membahas akibat. Akibat atau dampak gaya hidup konsumtif ini akan sangat berpengaruh terhadap kondisi finansial kamu. Karena, jika sifat konsumtif sudah menjadi kebiasaan, sifat boros pun tidak dapat dihindari. Pemborosan ini pun akan mengganggu kesehatan finansial kamu dan kamu tidak dapat menghindari melemahnya kondisi keuangan kamu. Jika kondisi keuanganmu melemah, maka daya beli kamu pun akan berkurang secara berkala, sementara tingkat kebutuhan akan bertambah seiring berjalannya waktu. Maka, bijaknya jika kamu sebisa mungkin untuk berhati-hati dan menghindari sifat konsumtif ini. Cara Menghindari Sifat Konsumtif Setelah mengetahui dampak negatif dari sifat konsumtif, tentu kita semua harus sebisa mungkin untuk menghindarinya. Cara yang dapat kamu lakukan untuk menghindari sifat konsumtif ini adalah dengan mengelola keuangan kamu dengan bijak. Bagaimana? Simak dibawah ini, ya! Buat anggaran pengeluaran bulanan dengan menentukan prioritas kebutuhan kamu. Jadikan anggaran ini sebagai patokan agar kamu tidak overspend pada hal-hal yang tidak penting. Alokasikan uang kamu pada produk asuransi dan juga investasi. Asuransi dan investasi merupakan tabungan yang dapat bermanfaat bagi kamu dimasa depan. Dan dengan memiliki asuransi, kamu akan mendapatkan proteksi dari resiko yang dapat sewaktu-waktu menimpa kamu. Buang jauh-jauh rasa gengsi yang kamu miliki. Tanamkan pemikiran bahwa kamu tidak harus selalu punya apa yang orang lain punya. Hiduplah dengan bijak dan kelola keuanganmu secara cermat tanpa harus melihat orang lain. Jika kamu merasa bahwa orang-orang disekitar kamu membawa pengaruh buruk, kamu harus mencari lingkaran pertemanan baru yang lebih positif. Itulah penjelasan tentang pengertian, ciri-ciri, contoh, penyebab, dampak, serta tips untuk menghindari perilaku konsumtif. Kamu harus dapat mengatur keuangan dengan bijak dan hindari gaya hidup konsumtif agar kamu dapat mencapai kebebasan finansial.
Perilaku konsumtif menjadi gaya hidup yang dilakukan dari beragam kalangan. Gaya hidup ini erat kaitannya dengan sifat hedonisme yang identik dengan kegiatan menghambur-hamburkan uang. Nah apa itu perilaku konsumtif? Yuk simak penjelasan di bawah ini karena Moxa akan menjelaskan secara detail mulai dari pengertian konsumtif, faktor penyebabnya, contoh perilakunya, dampak terhadap kondisi keuangan, dan cara mengatasi perilaku ini. yuk simak artikelnya! Apa Itu Perilaku Konsumtif? Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI mendefinisikan konsumtif sebagai kata sifat yang memiliki arti hanya mengonsumsi, hanya memakai, dan tidak menghasilkan sendiri. Sementara konsumtif adalah tindakan atau gaya hidup yang sering membelanjakan uang tanpa pertimbangan yang matang sehingga barang yang dibeli tidak terpakai dan menjadi percuma saja. Baca Juga Rekomendasi Buku Keuangan, Anak Muda Wajib Baca Penyebab Melakukan Perilaku Konsumtif Seseorang yang konsumtif umumnya disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor internal dan faktor eksternal. Berikut penjelasannya. 1. Faktor Internal Faktor internal seseorang memiliki perilaku konsumtif terbagi atas Motivasi, maksudnya motivasi disini yaitu hal-hal seperti pemikiran seseorang atas standar tertentu dimana standar ini mendorong ia untuk membeli barang atau jasa secara berlebihan. Harga Diri, harga diri seseorang berpengaruh pada timbulnya perilaku ini. Biasanya, seseorang dengan harga diri yang rendah akan lebih mudah terpengaruh untuk menerapkan gaya hidup konsumtif tanpa disadari. Kepribadian, kepribadian adalah tingkah laku seseorang yang dapat berubah-ubah. Jika tidak memiliki kepribadian yang tegas maka akan sangat berpotensi. 2. Faktor Eksternal Perilaku konsumtif dapat disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti keluarga, kebudayaan, dan kelas sosial. Keluarga merupakan kelompok terdekat yang memiliki pengaruh terhadap cara seseorang mengatur keuangan yang berpotensi menjadi penyebabnya. Kebudayaan dapat membentuk tingkah seseorang untuk melakukan perilaku konsumtif. Kelas Sosial terbagi menjadi beberapa tingkatan seperti dasar kekayaan, pengaruh atau kuasa, kehormatan, dan ilmu pengetahuan. Tingkatan inilah yang membuat seseorang melakukan perilaku ini karena adanya hasrat untuk masuk ke kelas sosial tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari, contoh perilaku ini dapat dengan mudah ditemui. FOMO merupakan salah satu contoh perilaku konsumtif yang menerjang generasi muda. FOMO atau Fear of Missing Out adalah perasaan khawatir atau takut ketinggalan akan sesuatu. Misalnya adalah barang keluaran terbaru, tempat makan atau tempat wisata yang lagi viral. Contoh perilaku konsumtif lainnya yaitu membeli barang branded hanya untuk meningkatkan status sosial. Juga membeli barang karena gengsi, bukan karena memang membutuhkannya. Misalnya seperti ponsel keluaran terbaru padahal ponsel yang sebelumnya masih berfungsi. Contoh lainnya adalah membeli makanan terlalu banyak hanya untuk mendapatkan promo dan tidak dihabiskan. Hal yang seperti ini justru dapat membuat arus keuangan menjadi tidak sehat. Baca Juga Apa Itu Literasi Keuangan dan Pentingnya Agar Merdeka Finansial Dampak Perilaku Konsumtif Pada Keuangan Pribadi Perilaku konsumtif yang terus menerus dilakukan oleh seseorang dapat memberikan dampak negatif, khususnya di bagian keuangan. Berikut ini dampak perilaku konsumtif pada keuangan pribadi. 1. Boros dan Terjerat Utang Seseorang yang menjalankan gaya hidup konsumtif cenderung memiliki sifat boros. Ia akan mengutamakan nafsu untuk membeli suatu barang atau jasa sehingga dapat menyebabkan tumbuhnya utang konsumtif. Utang konsumtif merupakan utang yang harus ditekan nilainya yaitu tidak disarankan melebihi 30% dari pengeluaran rutin. Utang yang terus bertambah dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan finansial sampai kehilangan aset. 2. Tidak Punya Tabungan Dampak gaya hidup konsumtif selanjutnya yaitu memiliki manajemen keuangan yang buruk. Salah satunya tidak memiliki tabungan atau dana darurat. Seseorang dengan perilaku konsumtif, umumnya memberlakukan uang yang didapat untuk memenuhi nafsu konsumtif lainnya atau membayar utang sebelumnya. Istilahnya gali lobang tutup lobang. 3. Sulit Merencanakan Keuangan Masa Depan Seseorang yang konsumtif akan kesulitan dalam merencanakan keuangan masa depan karena pendapatannya dihabiskan untuk membeli barang konsumtif yang tidak penting dan bermanfaat. Padahal, hidup tidak hanya untuk hari ini saja. Kita perlu merencanakan masa depan dan meminimalisir risiko buruk yang mungkin terjadi dengan persiapan finansial yang matang. Baca juga 7 Investor Terkenal di Dunia dan Indonesia yang Bisa Jadi Panutan Cara Mengatasi Perilaku Konsumtif Meskipun konsumtif membawa dampak buruk terhadap keuangan dan juga kesehatan tubuh, perilaku ini masih bisa diatasi melalui beberapa cara di bawah ini, seperti 1. Mengatur Prioritas Keuangan Perilaku ini dapat diatasi dengan mengatur prioritas keuangan. Buatlah skala prioritas setiap kali mendapatkan uang. Prioritas utama adalah memenuhi kebutuhan harian seperti konsumsi, tempat tinggal, dan utang. Prioritas selanjutnya adalah menabung, berinvestasi, dan beramal. 2. Mencatat Keuangan Harian Mencatat keuangan harian ini sifatnya sebagai alarm atau pengingat sudah berapa banyak uang yang dibelanjakan. Hal ini juga penting untuk evaluasi sehingga kamu bisa mengatur keuangan mana yang bisa dipangkas atau ditambah. 3. Buat Target Keuangan Perilaku ini dapat dihindari jika kamu memiliki target keuangan yang jelas. Misalnya saja memiliki rumah di usia 30 tahun. Dengan begitu, kamu tidak akan terpikirkan untuk menjadi konsumtif karena ada tujuan lain yang lebih penting yang ingin dicapai. 4. Melakukan Kegiatan yang Bermanfaat Selanjutnya adalah dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Misalkan bergabung dengan suatu komunitas, mengikuti workshop, atau menekuni hobi. Dengan adanya aktivitas lain yang disukai, pikiran untuk melakukan gaya hidup konsumtif bisa teralihkan sehingga kamu bisa hidup lebih hemat dan bermakna. Dapatkan informasi menarik dari artikel Moxa lainnya. Download aplikasi Moxa untuk memudahkan kamu menikmati berbagai fiturnya. Nikmati kemudahan untuk mengajukan kredit dan pinjaman, beli asuransi, dan berinvestasi hanya dengan satu aplikasi.
Kebiasaan dan gaya hidup saat ini berubah drastis dalam waktu yang relatif singkat. Arus informasi, teknologi, dan kampanye pemasaran dari berbagai merek menggiring setiap orang ke arah gaya hidup mewah, tidak jarang pula berlebihan. Tidak heran bila perilaku konsumtif menjadi fenomena yang memengaruhi gaya hidup masyarakat hari ini. Perilaku konsumtif adalah kebiasaan membelanjakan uang tanpa melewati pertimbangan matang. Perilaku konsumtif dapat muncul baik karena faktor internal maupun eksternal. Namun, sebelum membahas faktor perilaku konsumtif, ada baiknya kita cermati definisinya terlebih dahulu. Jika menilik Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, konsumtif adalah bersifat konsumsi, yaitu hanya memakai serta tidak menghasilkan sendiri. Akan tetapi, untuk memahami perilaku konsumtif, kita perlu melihat perilaku ini dalam kaitannya dengan konsumerisme dan psikologi. Berikut ini pernyataan para ahli tentang apa itu konsumtif? Erich Fromm, seorang social psychologist asal Jerman dalam bukunya The Sane Society menyebutkan bahwa seseorang bisa disebut konsumtif bila mempunyai barang karena pertimbangan status. Jadi, seseorang yang konsumtif cenderung membeli barang yang berupa keinginan, bukan kebutuhan. Jumlah barang yang dibeli pun umumnya berlebihan dan tidak wajah demi menunjukkan statusnya. Sementara itu, dalam buku Nuansa Psikologi Pembangunan, Prof. Djamaludin Ancok menerangkan bahwa perilaku konsumtif adalah sikap individu yang tidak bisa menahan keinginan untuk membeli barang, tanpa melihat fungsi dari barang tersebut. Baca juga Mengetahui Tentang Kebutuhan Primer, Sekunder, dan Tersier Indikator perilaku konsumtif Seperti yang sudah diketahui, seseorang dengan perilaku konsumtif akan cenderung membeli dan menggunakan barang tidak berdasarkan pertimbangan yang rasional. Bahkan, individu tersebut justru cenderung mengonsumsi barang dalam jumlah yang tidak terbatas serta mementingkan pemenuhan keinginan semata. Lalu, apa saja hal-hal yang menjadi indikasi bahwa seseorang telah berperilaku konsumtif? Silakan simak poin-poin di bawah ini! Membeli produk sebab ada penawaran khusus Sebagai contoh, ketika berjalan-jalan di mall, seorang konsumen memutuskan membeli celana jeans yang sedang sale hingga 70%. Padahal, orang tersebut tidak sedang membutuhkan celana jeans. Hal serupa juga kerap terjadi saat terdapat penawaran khusus berupa BUY 1 GET 1. Orang mungkin seketika memutuskan membeli sepatu, produk makeup, peralatan mandi, dan lain-lain dengan alasan sedang ada promosi beli satu gratis satu. Padahal, produk yang dibeli tidak dibutuhkan oleh orang tersebut saat itu. Membeli produk dengan alasan tampilannya menarik Sepertinya cukup banyak orang yang membeli suatu produk karena terlihat lucu’ atau kemasannya menarik. Hal ini tidak selalu terjadi pada barang, kadang ada yang memutuskan membeli makanan sebab tampak enak’. Nah, apabila ketertarikan terhadap tampilan yang menarik itu tidak dibarengi dengan adanya kebutuhan, waspada kamu berpotensi mempunyai perilaku konsumtif. Melakukan pembelian produk demi menjaga citra diri atau gengsi Hal ini salah satu indikator perilaku konsumtif yang sangat nyata, yaitu transaksi pembelian dilakukan untuk menjaga gengsi. Sebagai contoh, seseorang berada di dalam kelompok pertemanan dengan status sosial tertentu. Setiap anggota kelompok cenderung membeli barang yang dibeli rekan sekelompoknya demi menjaga citra, sekalipun barang tersebut tidak dibutuhkan. Pembelian didasarkan pada pertimbangan harga yang dianggap mewah Dorongan ini mungkin muncul demi penerimaan di sebuah kelompok seperti poin sebelumnya. Namun, kasusnya tidak selalu demikian. Seseorang dengan perilaku konsumtif mungkin membeli suatu barang karena menganggapnya mewah sekalipun tidak ditujukan agar diterima dalam lingkungan tertentu. Membeli sebagai simbol status yang dianggap tinggi Tidak sedikit orang menganggap bahwa kekayaan merupakan simbol status yang dianggap tinggi. Lalu, tak sedikit pula yang berpendapat, sering berbelanja atau membeli banyak barang adalah ciri seseorang kaya. Karena itu, dalam beberapa kasus, sikap konsumtif didorong oleh keinginan untuk mempertahankan suatu simbol status. Menggunakan suatu produk karena unsur konformitas dengan model yang mengiklankannya Konformitas terjadi ketika individu meniru sikap dan perilaku orang karena adanya tekanan, baik nyata maupun imajiner. Jadi, pola konsumsi yang berkaitan dengan konformitas kerap terjadi pada remaja. Bertransaksi dalam rangka meningkatkan rasa percaya diri Ditinjau dari sisi psikologi, ternyata ada individu yang melekatkan nilai diri pada benda-benda yang dipakai atau dimilikinya. Karena itu, individu ini perlu selalu membeli, menggunakan, atau memiliki barang tertentu supaya merasa percaya diri. Ingin coba-coba Karena ingin coba-coba, sehingga membeli produk dengan fungsi sama dari merek berbeda meskipun sudah memilikinya dan produk sebelumnya belum habis Baca juga Pengertian Kebutuhan Sekunder Faktor dan Contohnya Dampak perilaku konsumtif Jika diamati, sepintas perilaku konsumtif mungkin terasa kurang baik. Namun, seperti segala hal lain, perilaku konsumtif pun tetap mempunyai dua sisi. Maka dari itu, dampak yang ditimbulkan pun tetap ada yang positif sekaligus negatif. Di bawah ini beberapa dampak perilaku konsumtif yang mungkin terjadi. Dampak positif perilaku konsumtif Hampir sebagian besar konsumen menginginkan kepuasan ketika bertransaksi atau melakukan pembelian. Nah, salah satu dampak positif perilaku konsumtif bagi konsumen secara pribadi adalah dapat memunculkan rasa puas. Mengingat karakter perilaku konsumtif adalah cenderung berbelanja terus-menerus, gaya hidup ini memberi dampak baik sebab dapat mendorong perputaran roda perekonomian. Jadi, bagi produsen atau pemilik usaha, hal ini tentu menguntungkan. Bahkan, dari sisi bisnis, consumptive behavior justru didorong agar sektor ekonomi terus hidup. Dampak negatif perilaku konsumtif Meskipun disebutkan sebelumnya bahwa perilaku konsumtif bisa mendatangkan rasa puas bagi konsumen, tetapi dampaknya tidak selalu positif. Dari sisi perencanaan keuangan, perilaku ini tentu dianggap sebagai kebiasaan kurang baik sebab dapat menimbulkan pemborosan dan tidak terencananya alokasi finansial. Kemudian, kepemilikan benda atau barang juga membuat jurang kaya dan miskin makin kentara. Akibatnya, muncul kesenjangan sosial. Tidak hanya itu, inflasi juga mengintai sebagai akibat dari perilaku konsumtif. Baca juga Deflasi adalah Penyebab, Jenis, dan Dampaknya Perilaku konsumtif berarti tingginya jumlah orang membelanjakan uangnya. Jika angka spending tinggi, uang yang beredar banyak sehingga mendorong menurunnya nilai uang dan terjadilah inflasi. Faktor perilaku konsumtif Sampai titik ini mungkin mulai timbul pertanyaan, apa sebenarnya yang mendorong munculnya perilaku konsumtif? Nah, perilaku konsumtif dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Seperti yang sudah diketahui, faktor internal merupakan dorongan yang asalnya dari dalam diri, sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh lingkungan. Mari kita cermati faktor-faktor perilaku konsumtif tersebut! Faktor internal yang memengaruhi perilaku konsumtif Berbicara faktor interal, biasanya perilaku konsumtif didorong oleh rasa puas setelah membeli suatu barang. Dalam rasa puas tersebut, terdapat kepercayaan diri, konsep diri, dan dorongan lain yang sifatnya sangat personal. Yuk, kita bedah satu per satu! Motivasi hal yang mendorong seseorang untuk melakukan pembelian suatu barang atau jasa. Kepercayaan diri seseorang dengan self esteem rendah umumnya lebih mudah terpengaruh jika dibandingkan dengan orang yang mempunyai kepercayaan diri tinggi Observasi sebelum membeli barang, umumnya orang melakukan pengamatan terlebih dahulu, baik pada diri sendiri maupun orang lain terkait barang yang akan dibeli. Proses belajar pengalaman individu masing-masing berpengaruh terhadap keputusan membeli suatu barang. Kepribadian Konsep diri mencakup ide, persepsi, serta sikap yang dimiliki seseorang atas dirinya. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku konsumtif Berbeda dengan faktor internal, faktor eksternal sumbernya di luar diri, seperti budaya, keluarga, kelas sosial, serta kelompok referensi. Kebudayaan Sebagai hasil karya dan proses belajar manusia, kebudayaan menjadi bagian dari masyarakat, memiliki pola, dan mempunyai tatanan. Budaya menunjukkan kesamaan sekaligus variasi yang terintegrasi secara keseluruhan. Jadi, wajar sekali bila kebudayaan berpengaruh terhadap pola perilaku konsumsi masyarakat. Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang perilakunya sangat memengaruhi seseorang, termasuk dalam keputusan berbelanja. Kelas sosial Secara umum, kelas sosial dibagi menjadi tiga, yaitu masyarakat kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Penggolongan tersebut didasarkan pada jumlah kekayaan, kekuasaan, atau ilmu pengetahuan. Tentunya, setiap kelas sosial memiliki pola perilaku konsumsi yang berbeda dengan kelas sosial lainnya, mengingat daya belinya pun berbeda. Karena itu, kelas sosial menjadi salah satu faktor perilaku konsumtif. Kelompok referensi Kelompok referensi diartikan sebagai sekelompok orang yang memengaruhi sikap, pendapat, norma, serta perilaku konsumen. Umumnya, kelompok referensi menentukan produk dan merek yang digunakan sesuai aspirasi kelompok. Di dunia digital sekarang, kelompok referensi lebih dikenal dengan sebutan influencer. Baca juga Influencer Jenis, Tugas, dan Pengaruhnya Terhadap Bisnis Kesimpulan Selama ini, aktivitas konsumsi diterjemahkan sebagai proses pemanfaatan barang atau jasa oleh konsumen akhir. Namun, definisi tersebut tampaknya gagal mencakup multiperan yang dimiliki konsumerisme dalam hidup seseorang. Pasalnya, hari ini kita mengerti bahwa aktivitas konsumsi jauh melampaui sekadar pemenuhan kebutuhan fisik akan makanan, tempat tinggal, dan sebagainya. Konsumsi dan perilaku konsumen jauh lebih kompleks dari itu. Salah satu bukti kompleksitas tersebut adalah adanya perilaku konsumtif. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, perilaku konsumtif adalah kecenderungan seseorang berbelanja tanpa pertimbangan rasional. Kegiatan konsumsi ditujukan untuk pemenuhan keinginan, tanpa benar-benar mempertimbangkan kebutuhan dan fungsi dari produk itu sendiri. Kondisi mengonsumsi lebih banyak ini menjadi gaya hidup yang akrab dengan masyarakat karena didorong faktor internal dan faktor eksternal, termasuk kampanye-kampanye pemasaran. Pertanyaannya, apakah kampanye pemasaran bisa tidak mendorong perilaku konsumtif? Tentu saja bisa. Pemilik usaha dapat mengatur program promosi dan kampanye pemasaran yang bertanggung jawab di aplikasi POS. Jadi, kamu bisa mengajak masyarakat untuk lebih menyadari keputusannya atau mindful saat bertransaksi. Sebagian pemilik usaha mungkin merasa hal ini merugikan bisnis. Padahal, dampaknya akan positif untuk jangka panjang sebab perilaku konsumsi yang bertanggung jawab juga berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan.
Konsumtif adalah sebuah perilaku, sikap, atau gaya hidup negatif yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Bahayanya lagi, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka sudah terjebak dalam perilaku konsumtif itu, perilaku atau gaya hidup konsumtif juga bisa membuatmu terjebak dalam lingkaran hutang yang tidak berujung. Yuk, simak penjelasan di bawah ini agar lebih mengetahui betapa bahayanya perilaku konsumtif!1. Konsumtif adalah istilah yang menggambarkan gaya hidup negatifilustrasi membeli barang diskon KBBI Daring, konsumtif diartikan sebagai bersifat konsumsi hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri. Tidak hanya itu, konsumtif juga bisa diartikan suatu sikap yang bergantung pada hasil produksi pihak dengan pengertian tersebut, Jessica Gumulya dan Mariyana Widiastuti juga menjelaskan dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa Universitas Esa Unggul bahwa konsumtif adalah tindakan membeli barang dengan pertimbangan emosional atau lebih didominasikan oleh keinginan-keinginan di luar kebutuhan dan hanya untuk memenuhi hasrat semata. Berdasarkan kedua pengertian di atas kamu pasti sudah terbayang kan apa yang dimaksud dengan konsumtif ini? Yap, benar sekali! Konsumtif merupakan perilaku atau gaya hidup membeli barang secara berlebihan hanya untuk memuaskan keinginan atau gengsinya Ciri-ciri perilaku konsumtifilustrasi boros Ada beberapa perilaku yang dapat dikategorikan sebagai perilaku konsumtif, di antaranya sering membeli suatu barang atau produk karena terlihat lucu atau menarik padahal barang tersebut tidak kamu butuhkan. Kamu juga sering membeli barang hanya demi gengsi dan tidak peduli jika harga barang tersebut melebihi itu, membeli barang karena diskon tanpa memperhatikan kebutuhan juga termasuk dalam perilaku konsumtif, lho! Hayo, siapa nih yang masih sering suka check out barang yang tidak sesuai kebutuhan saat diskon? Baca Juga 5 Risiko Berteman Dekat dengan Orang Konsumtif, Ikutan Boros! 3. Bahaya perilaku konsumtifilustrasi tidak punya uang memiliki dampak positif, perilaku konsumtif ini justru lebih merugikan diri sendiri. Salah satu bahaya perilaku konsumtif adalah terjadinya pemborosan karena tidak bisa mengontrol hasrat untuk membeli barang-barang yang tidak itu, perilaku konsumtif ini bisa membuat orang-orang tidak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Hal tersebut tentunya dapat membuat orang merasa sayang untuk menyimpan uang atau menabung untuk hal-hal yang lebih penting dan banyak orang yang terpaksa berhutang atau bahkan terjerat dalam lingkaran pinjaman online karena tidak memiliki tabungan di saat situasi-situasi konsumtif adalah sebuah perilaku berlebihan saat membeli sesuatu tanpa menghiraukan penting atau tidaknya benda tersebut. Hayo, siapa yang sering beli barang hanya karena lucu? Baca Juga 5 Penyebab Dirimu Boros, Kalau Belanja Suka Kalap dan Lupa Prioritas
salah satu contoh sifat konsumtif adalah